Berguru dari Sarjana Kampung (Refleksi Pengukuhan Prof. Dr. Ibnu Burdah, MA)

Prof. Dr. Ibnu BUrdah, MA sedang menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar
Seperti oase di padang pasir. Kabar gembira datang dari Fakultas Adab dan Ilmu Budaya di tengah pandemi yang melanda dunia. Akhirnya satu professor terlahir lagi di jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA), setelah sebelumnya dua professor meninggal dunia, yaitu professor Alwan Khairi dan Proffesor Ahmad Dardiri. Bahkan bisa dikatakan bahwa Ibnu Burdah merupakan professor pertama yang terlahir dari rahim Bahasa dan Sastra Arab (alumnus) UIN Sunan Kalijaga dan mendedikasikan keilmuannya di almamaternya tersebut.
Terlahir sebagai anak kampung, dibesarkan di pedesaan dan mengaji di surau mengajarkannya banyak hal, hingga Ia kadang merasa meloncati fase remaja dalam hidupnya. Pada masa kanak-kanak, Burdah kecil seperti anak-anak kampung lainnya bermain sepak bola, kerja di sawah dan menjual Nagasari yang dibuat ibunya. Ibnu Burdah juga dididik di lingkungan agama yang kuat, selain seorang petani, ayahnya merupakan guru ngaji. Maka tidak heran jika fase kehidupan selanjutnya banyak dihabiskannya di berbagai pondok pesantren, mengaji dan mengajar.
Ibnu Burdah menempuh Pendidikan S1-nya di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga. Sedangkan Magisternya ia tempuh di Universitas Gajah Mada pada tahun 2003, mengambil Studi Comparative Religion, Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS). Tidak lama setelah kelulusannya, ia melanjutkan studi doktoralnya di Universitas yang sama dengan program Political Science, dengan fokus kajiannya Politik Timur Tengah.
Tepat pada hari kamis, tanggal 03 September 2020, ia dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Kajian Dunia Arab dan Islam Kontemporer. Ibnu Burdah mengawali dan mengakhiri pidato pengukuhannya dengan mendo’akan dan mengirmkan al-Fatihah untuk para guru khususnya di lingkungan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya yang sudah meninggal. Tampaknya, hal ini menunjukan bagaimana ia tumbuh dan dibesarkan dalam tradisi santri.
Namun walau demikian, dia bukan seorang yang fanatik terhadap agama. Ia pernah belajar bahasa Ibrani dengan para Pendeta Yahudi dan hal itu menjadi pengalaman yang berharga dalam hidupnya. Ibnu Burdah mendedikasikan hidupnya untuk ilmu. Ini terlihat dari karya-karyanya yang sudah tidak terhitung oleh jari. Dalam sambutannya pada acara pengukuhan tersebut, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Almakin mengatakan bahwa Ibnu Burdah merupakan ilmuwan tulen yang memilih jalan sunyi dalam hidupnya. Sehingga ia tidak pernah menerima jabatan apapun di UIN Sunan Kalijaga. Pak Rektor juga memberikan amanat agar ia tetap konsisten dalam memproduksi ilmu pengetahuan, mengutamakan ilmu, riset dan inovasi serta setia pada profesi ilmuwan dan UIN Sunan Kalijaga sebagai salah satu bentuk pengabdian pada Bangsa.
Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Quo Vadis Dunia Arab Kontemporer: Gerakan Protes, Politik Muslim, Covid-19, dan Arah Perubahan?”, ia menyampaikan bahwa politik di dunia Arab berjalan terlalu lamban dalam mengadaptasikan perubahan yang berkembang pesat di tengah masyarakat Arab yang terus mengalami perubahan di antaranya karena pesatnya perkembangan teknologi informasi, sehingga memacu akan adanya gerakan demokratis yang makin terbuka dan makin adaptif dengan nilai-nilai progresif seperti kesetaraan, partisipasi, dan seterusnya. Sehingga lahirlah gerakan-gerakan protes rakyat yang kemudian berkembang jadi gelombang yang massif dan mengundang keterlibatan banyak aktor dalam berbagai level dengan beragam kepentingan dan kemudian membawa dampak yang berkepanjangan.
Pada acara tersebut juga, Rektor UIN Sunan Kalijaga mengatakan bahwa bidang kajian yang ditekuni Ibnu Burdah merupakan bidang yang langka dan tanggungjawab yang dimilikinya pun sangat lah berat. Karena orang Indonesia seringkali mengidentikan timur tengah dengan Makkah dan Madinah dan timur tengah tidak bisa dilepaskan dari haji dan umroh. Seolah hanya ada warna hitam dan putih saja. Maka membuka mata orang Indonesia untuk melihat Timur Tengan dengan berbagai perspektif harus dilakukan.
Tampaknya acara Pengukuhan Guru Besar ini, merupakan acara pertama yang dilakukan dalam masa pandemi. Acara dilakukan sesuai dengan protokoler kesehatan, seluruh tamu yang hadir menggunakan masker, melakukan physical distancing danpembatasan tamu undangan, sehingga selain dilakukan dengan luring yang terdiri dari keluarga, dosen Bahasa dan Sastra Arab dan dosen Pascasarjana, acara juga dilakukan secara daring, melalui live streaming youtube dan zoom. Namun walaupun demikian
Lahirnya Ibnu Burdah sebagai professor muda di usianya yang 44 tahun, semoga bisa menjadi pemantik lahirnya professor-professor baru khususnya di lingkungan UIN Sunan Kalijaga. Sebagaimana program percepatan professor yang sudah diawali di masa kepemimpinan Prof. Yudian dan akan dilanjutkan di masa kepemimpinan Prof Almakin.
UIN Sunan Kalijaga Untuk Bangsa. UIN Sunan Kalijaga Mendunia.