Manusia, Bahasa dan Budaya

Manusia, Bahasa dan Budaya

Dr. Zamzam Afandi, M.Ag.

AlQuran menggambarkan manusia secara biologis sebagai ciptaan yang terbaik (ahsanu taqwīm).Para pemikir baik filosof, sosiolog, antropolog dan lainnya memiliki persepsinya masing-masing tentang keunikan dan distingsi manusia. Filosof mempersepsi manusia sebagai rational animal atau talking animal (حيوان ناطق), para sosiolog mempersepsinya sebagai makhluk berbudaya/sosial (كائن مدني), dan para ahli biologi mempersepsi manusia sebagai entitas organisme (كائن حي).

Semua persepsi tersebut pada hakekatnya menegaskan keunikan dan keistimewaan manusia dibanding dengan ciptaan-ciptaan Tuhan yang lain. Namun keunikan manusia yang menyita konsern banyak pihak ialah kemampuannya berbahasa.Bahkan bahasa, dalam pengertiannya yang ilmiah, disebut-sebut sebagai kekhasan manusia, atau menurut Ibnu Manẓūr sebagai kelebihan manusia atas binatang-binatang lain sekaligus penghargaan dari Tuhan.Al-Syahristānī menyebutkan bahwa “dengan kemampuan berbahasa manusia keluar dari lingkup kehewanannya menuju ke dalam jati kemanusiaan”. Ikhwān al-Ṣafā, kelompok para filosof Abad ke IV H,menegaskan bahwa keunikan berbahasa bagi manusia menjadikannya satu-satunya makhluk yang menikmati hidup dalam alam khusus (عالم مخصوص /special world) yaitu dunia kemampuan berpikir/berbahasa yang sempurna (عالم النطق التام).

Bahasa ialah bunyi yang diartikulasikan oleh setiap kelompok masyarakat untuk mengekspresikan maksudnya/keinginannya (Ibnu Jinni). Ekspresi maksud mewakili dua dimensi manusia; dimensi batin/rasa dan dimensi nalar/pikiran. Dalam dimensi batin, bahasa digunakan untuk mengekspresikan apa yang dirasakan/perasaan; suka, benci, senang, sedih, gembira, marah, bahagia, sengsara dan lainnya.Pada dimensi pikir,bahasa digunakan untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, ide serta pemahaman. Ekspresi dua dimensi tersebut pada gilirannya membentuk dan menciptakan sebuah kebudayaan.Karena kebudayaan seperti dedifinisikan Koentjaraningrat (1923-1999) ialah sebagai seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Karenanya, teori Marxian menyatakan bahwa bahasa adalah ekspresi dari seluruh gagasan sekaligus yang mempengaruhinya.Trevor Noah, penulis dari Afrika Selatan menambahkan bahwa bahasa membawa serta identitas, budaya, atau minimal persepsi para penuturnya (Language brings with it an identity and a culture, or at least the perception of it”).

Dalam dimensi struktural, dapat disimpulkan bahwa semua sisi aspek kebahasaan: terminologinya, pola gramatikanya, stilistikanya, dan ungkapan-ungkapannya, adalah refleksi dari identitas, budaya dan persepsi penutur atau penulisnya. Pun pula dari segi makna dan pesan yang tersimpan dalam bahasa, ia tak dapat lepas dari dilaektika anatara bahasa dan budayanya.

Oleh karena itu, dalam konteks ini, mempelajari dan memahami bahasa, lebih-lebih bahasa asing, tidak cukup berhenti pada aspek struktural-gramatikalnya semata, tapi dituntut pula memahami budaya yang terkait dengan bahasa tersebut. Pengetahuan antropologi dan sosiologi akan sangat membantu memahami makna, pesan, gagasan dan pikiran-pikiran yang tersembunyi dibalik lipatan-lipatan bahasa.

Wallahu A’lam Bishawāb.

*Dosen Program Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kolom Terkait

Kolom Terpopuler