Sastra Arab dan Media Internet

Sastra Arab dan Media Internet

Dr. Moh. Wakhid Hidayat, S.S., MA.

Salah satu teknologi informasi mutakhir saat ini adalah hadirnya media internet yang canggih untuk menghubungkan satu manusia dengan manusia lainnya di seluruh penjuru dunia. Perkembangan teknologi informasi ini telah membawa perubahan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk kehidupan bersastra. Sastra cyber menjadi istilah baru yang muncul terkait dengan pesatnya perkembangan teknologi internet ini. Dalam sastra Arab juga muncul pembahasan-pembahasan tentang sastra cyber ini, salah satunya buku berjudul Udaba’ al-Intarnat Udaba’ al-Mustaqbal (Sastrawan Internet Sastrawan Masa Depan) karya Ahmad Fadll Syablul, terbit pertama tahun 1996).

Buku Syablul ini cukup menarik karena menguraikan hubungan antara sastrawan dengan komputer dan jaringan internet. Selain itu, tahun terbitnya buku pada tahun 1996 menjadi indikasi bahwa komputer dan internet telah digunakan oleh para sastrawan dalam berkarya sejak awal. Selaian pembahasan tentang sastrawan internet, Syablul juga menguraikan an-naqid al-iliktruniy (kritikus elektronik), kamus elektronik, jaringan informasi kesastraan, dan keterkaitan kreatifitas dengan sastrawan.

Tentu, saat ini media internet sudah semakin lumrah di dunia Arab jika dibandingkan tahun 1996. Dari pengamatan terhadap sastra Arab dalam media internet saat ini banyak sekali ditemukan website-website yang menampilkan karya-karya sastra Arab. Selain website, sastra Arab juga diekspresikan dalam media-media sosial seperti facebook, twitter, instagram, youtube, dan lainnya. Dilihat dari perspektif dunia Arab, karya sastra Arab semakin mendunia dan menembus batas-batas negara. Dilihat dari perspektif masyarakat Indonesia saat ini, sastra Arab menjadi semakin dekat dengan bagi para pengkaji dan pecinta sastra Arab karena dengan adanya website atau medsos kesastraan, para pengkaji akan secara cepat dan mudah membaca informasi tentang karya sastra kekinian, bahkan bisa berinteraksi langsung melalui laman komentar dan lain sebagainya.

Secara sederhana, sastra Arab yang tersajikan dalam media internet bisa dibagi dalam dua trend ekspresi sastra Arab. Trend pertama, sastra Arab yang menjadikan internet sebagai media arsip, dan trend kedua, sastra Arab yang menjadikan internet sebagai media produksi sastra. Kedua trend ini bisa kita bedakan dalam penjelasan berikut ini.

Internet sebagai media arsip sastra arab adalah trend banyaknya website yang menyediakan buku-buku berbahasa Arab dalam berbagai ilmu, termasuk bidang sastra Arab. Website ini biasanya menyediakan ebook berupa buku scan dan bisa diunduh secara bebas dan gratis. Ebook berupa buku scanan ini berasal dari buku-buku yang telah dicetak dan diterbitkan, baik karya sastra genre puisi maupun prosa. Karya-karya sastra yang terarsipkan dalam media internet ini cukup komplit dari berbagai periodesasi sejarah sastra Arab. Karya sastra zaman Jahiliyyah atau sekitar tahun 400-an M yang dikodifikasikan pada masa Abbasiyah (sekitar tahun 800-an M) dan ditahqiq oleh para peneliti modern disajikan dalam internet dan dengan mudah bisa diunduh. Sebagai contoh adalah Diwan Umru al-Qais (hidup pada 500-540 M), Diwan Zuhair bin Abi Sulma (hidup 520-609 M) dan Diwan al-Khansa’ (hidup 575-645 M). Tidak hanya karya-karya sastra Arab klasik, karya yang modern kekinian pun terarsipkan dalam media internet seperti Nawal as-Sa’dawi (1930- ), Najib Mahfudz (1911-2006), Najib al-Kailani (1931-1995), Khalil Gibran (1883-1931), Jurji Zaidan (1861-1914) dan lain sebagainya.

Trend sastra Arab kedua adalah media internet digunakan sebagai media produksi sastra. Berbeda dengan media internet sebagai media Arsip, kelompok sastra Arab kedua ini menyengaja untuk memproduksi sastra lewat media internet. Kelompok kedua ini merupakan sastrawan-sastrawan kontemporer kekinian yang memanfaatkan media internet, dan tidak lagi menggunakan media kertas (printed book). Kelompok sastra Arab kedua ini menjadi fenomena kesastraan kekinian dan masih jarang dikaji oleh para peneliti sastra Arab. Media internet yang digunakan secara umum adalah media sosial dari Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, dan medsos lainnya.

Para sastrawan ini biasanya sangat aktif bermedia sosial, dan menuliskan karya-karyanya dalam bentuk puisi, potongan kalimat, atau bahkan kutipan (quotes) dari kalimat-kalimat para sastrawan-sastrawan terdahulu. Diantara para sastrawan-sastrawan yang sering bersastra melalui internet ini adalah Dalal al-Barudi penyair Kuwait (Twitter, IG), Anis Chouchene, Penyair Tunisia (FB, IG), Saoud Alsanousiy Novelis Kuwait, (Twitter). Walupun tidak selamanya para penyair ini memproduksi karyanya dengan media internet, tetapi keaktifan mereka di medsos dengan kalimat-kalimat sastranya menjadikan mereka berbeda dengan sastrawan-sastrawan era sebelumnya yang masih mengandalkan buku cetak. Apa yang sangat menarik dengan sastrawan kelompok kedua ini adalah kita masyarakat Indonesia bisa berinteraksi langsung dengan mereka melalui medsos dan bisa melihat wajah-wajah dan penampilan-penampilan sastra mereka.

Kolom Terkait

Kolom Terpopuler