Berkaligrafi Semudah Senyum: Sisi Lain Motivasi Berkaligrafi Arab pada Bulan Ramadan

Berkaligrafi Semudah Senyum: Sisi Lain Motivasi Berkaligrafi Arab pada Bulan Ramadan

Oleh Nurul Huda, S.S., M.Pd.I.*

Kaligrafi atau khat sebagai salah satu seni Islam khususnya bidang tulis-menulis memiliki aspek sejarah yang kuat dalam mengiringi kitab suci Alquran. Ia merupakan visualitas dari ayat-ayat Allah subh}a>nahu wa ta’a>la> dalam lingkup mikro, sedangkan alam dan isinya merupakan realitas makro ayat-ayat Alquran. Terkait dengan hal tersebut bahwa eksistensi tulis-menulis naskah yang salah satunya melibatkan khat (khat}) atau kaligrafi Arab dalam dunia teks telah muncul sejak zaman Nabi Muhammad saw. (D. Sirojudin, 2002). Seorang penulis khat Arab-kaligraf atau yang dikenal dengan khat}t}a>t} ataupun ka>tib atau yang dalam bahasa Inggrisnya calligrapher- waktu itu sangat berperan dalam penjagaan sebuah perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. hingga dibukukannya mushaf Alquran. Akan tetapi bentuk tulisan Arab belum seperti yang ada pada beberapa abad terakhir ini yang mengalami perubahan dan perumusan standar kaidah kaligrafi yang jelas dan indah. Maka jika ditilik dari hal tersebut akan terlihat peranannya sangat nyata sebagai salah satu verbalitas wahyu. Hal tersebut tidak akan terjadi bila peradaban yang diusung oleh agama Islam tidak menghargai jasa seni ini serta hal itu tidak terlepas spiritnya dengan hadirnya bulan suci Ramadan yang merupakan bulan turunnya wahyu Alquran.

Tulisan adalah simbol bahasa, seperti halnya bahasa adalah simbol dari pikiran. Tulisan merupakan fenomena kemanusiaan dan sosial secara umum. Tulisan digunakan manusia sejak zaman dahulu untuk mereka pikiran mereka. Tulisan berguna bagi diri sendiri untuk mengingatnya ataupun disampaikan kepada orang lain, bahkan sampai lintas waktu dan tempat. Tulisan sangat berguna dalam kehidupan sosial. Tulisan bisa dikatakan sebagai faktor terpenting dalam kemajuan peradaban manusia dalam berbagai bidangnya. Tulisan melalui berbagai fase sampai akhirnya sampai pada fase abjad yang digunakan pada masa kini. Perkembangan tulisan seiring perkembangan intelektualitas manusia sebagai pemakainya.

Motivasi realita itu adalah jika datang bulan suci tersebut maka seluruh umat Islam selalu menantikannya, tidak terkecuali para kaligrafer. Mereka selalu akan tersenyum karena seakan bulan penuh berkah itu merupakan waktu yang istimewa untuk mewujudkan banyak karya dalam berbagai hal mulai dari sekadar menggores tulisan, mengkajinya, mengadakan kursus pelatihan, melayani order pada masjid-masjid maupun kertas, melukis dan sebagainya. Bulan Ramadan tidak ubahnya menjadi pengenang bagi para kaligrafer bagaimana nikmatnya berkarya seni kaligrafi ini bisa dilakukan dalam berbagai macam kegiatan penting di antaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, berkaligrafi sebagai mengaji. Kaligrafer menulis menggores dengan materi ayat Alquran seperti halnya mengaji. Apalagi jika dikuti dengan buku tafsir, buku hadits, buku kaligrafi peninggalan tokoh kaligrafi maupun buku lainnya. Oleh karena itu, pendalaman kajian materi tulisannya akan selalu bisa didapat oleh setiap kaligrafer. Dari kegiatan tersebut diharapkan muncul kajian-kajian kaligrafi integratif.

Kedua, berkaligrafi sebagai hobi seni yang menyenangkan dan menenangkan. Artinya, berapa banyak karya yang dihasilkan dari momen istimewa ini. Kenikmatan ini selalu melekat dalam diri kaligrafer ketika memvisualkan ide atau desainnya sendiri ataupun hanya sekadar muhakah –mencontoh/menggores ulang karya kaligrafer sebelumnya.

Ketiga, berkaligrafi sebagai bagian kegiatan ekonomi kreatif tentu ini selalu menjadi semacam bonus bagi yang mendalami order-order kaligrafi tertentu. Dengan berbagai media karya seorang kaligrafer bisa mendapat pesanan karya pada bulan Ramadan.

Pada akhirnya, kaligrafi atau khat, baik sebagai seni, ilmu, filsafat maupun spiritual, akan selalu dimotivasi oleh kajian Alquran, kajian bahasa, dan kajian seni bahkan filsafat. Mungkin ini baru sedikit hal yang bisa digali dari asyiknya berkaligrafi semudah senyum pada bulan Ramadan sebagai bulan penuh berkah, maghfirah, dan inspirasi. Wallahu a’lamu bishshawab.

*Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Kolom Terkait

Kolom Terpopuler